Bisnis, Eko&Keuangan

Melirik Kehidupan Petani di Kecamatan Manduamas

Manduamas, Metrosiantar, 5 Sep 2008, Tak Ada Lahan, Tanah Daratan Dikelola Jadi Sawah Kehidupan para petani di Kecamatan Manduamas, Kabupaten  Tapanuli Tengah (Tapteng)  saat ini betul-betul sangat memprihatinkan. Pasalnya, para petani di daerah ini harus bersusah payah untuk menjadikan kebun mereka yang telah ditumbuhi pohon-pohon besar sebagai persawahan untuk menanam padi. Untuk mengelola kebun seluas satu hektare dijadikan lahan persawahan bisa memakan waktu tiga hingga empat bulan.  Sebab mereka harus terlebih dahulu menebang pepohonan yang ada, kemudian membakarnya, membersihkan, dan selanjutnya ditanami padi. Salah seorang petani br. Nainggolan (70) kepada METRO, Rabu (3/9) di lokasi persawahan miliknya mengaku terpaksa mengolah tanah daratan mereka dan menanam padi karena sawah milik mereka  tidak ada. Bila menanam kelapa sawit, mereka terbentur modal.  “Saya dan keluarga terpaksa mengelola tanah kami ini menjadi persawahan walaupun harus dengan bersusah payah, sebab modal kami untuk menjadikan lahan tersebut sebagai kebun  kelapa sawit tidak ada,” ujarnya. Lebih lanjut diutarakan br Nainggolan, yang menjadi kendala utama bagi mereka saat ini dalam menanam padi  adalah sulit mendapatkan pupuk.  “Kalaupun ada, harganya sangat mahal seperti pupuk SS mencapai 10.000 per kg, sedangkan tanaman padi di daratan sangat tergantung dari pemupukan yang cukup dan teratur, sebab air tidak ada masuk dan harus tergantung dari pupuk. Begitu padi kita tanam padi, pupuk sudah harus kita siapkan sekalian dengan bibit tanaman padi yang mau kita tanam. Kalau tidak begitu, padinya tidak tumbuh. Bahkan dalam satu musim tanam kita bisa memberikan pupuk dua hingga tiga kali. Kami harapkan kepada pemerintah agar dapat memberikan kemudahan dalam mendapatkan pupuk di daerah ini terutama pupuk yang bersubsidi,” ujarnya. Sementara warga lainnya br Simbolon mengaku terpaksa meminjam sebahagian tanah br. Nainggolan  untuk  ditanami padi, karena sawah mereka yang berada di Desa SP I Kecamatan Manduamas atau tepatnya di dekat Pabrik Minyak Kelapa Sawit milik PT. SGSR tidak dapat diolah lagi karena  limbah dari pabrik tersebut. Apabila pabrik membuang limbah, sawah  akan rusak dan padi tidak bisa dipanen lagi. “Kami terpaksa meminjam tanah br. Nainggolan ini untuk ditanami padi. Dan apabila panen nanti,  sewanya akan kami berikan sesuai dengan pendapatan,” terang br. Simbolan di dampingi warga lainnya.

 

Satu tanggapan untuk “Melirik Kehidupan Petani di Kecamatan Manduamas”

Tinggalkan komentar