Aneka Ragam

Dari Buku Mayjen (Purn) Sintong Panjaitan (I): Pasukan Kopassus Ditarik dari Rumah Habibie

Mayjen (Purn) Sintong Panjaitan juga berkisah soal pengamanan rumah B.J Habibie.

VIVAnews, 12 Maret 2009, Salah satu kisah yang menarik dalam peristiwa peralihan kekuasan dari Jenderal (Purn) Soeharto kepada B.J. Habibie tahun 1998 adalah pengamanan rumah Habibie di Patra Jasa, Kuningan, Jakarta Selatan.  Kediaman pribadi Habibie itu dikawal Paspampres dan Kopasssus. Banyak versi soal pengamanan itu. Habibie dalam bukunya berjudul: Detik-detik Yang Menentukan, menulis bahwa Prabowo Subianto  yang saat itu menjadi Pangkostrad, mengerahkan pasukan Kostrad ke kediamannya. Pengerahan pasukan itu, tulis Habibie, tanpa sepengetahuan Panglima ABRI, Jenderal Wiranto. Buku Habibie itu dilaunching September 2006.Prabowo tegas membantah cerita versi Habibie itu. Dalam siaran pers di Gedung Bidakara, Jakarta Pusat, setelah peluncuran buku Habibie itu, Prabowo menegaskan, “Saya tidak pernah mengerahkan pasukan Kostrad untuk makar atau kudeta. Seluruh komandan Kostrad di daerah saat itu dibawa komando Pangdam Jaya. Bagaimana mungkin saya kudeta,” tanya Prabowo keheranan. Memang banyak versi seputar kisruh politik tahun 1998 itu, juga tentang keberadaan pasukan di kediaman Habibie. Semua versi itu memperkaya pengetahuan kita tentang sejarah perubahan politik nasional. Bertempat di Balai Sudirman, Jakarta, tadi malam, Mayor Jenderal Sintong Panjaitan –yang saat itu menjadi penasehat keamanan Habibie – meluncurkan buku berjudul: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando. Buku itu ditulis oleh Hendro Subroto dan diberi pengantar oleh Prof. Taufik Abdullah. Dalam buku itu, Sintong membahas khusus pengamanan di kediaman Habibie itu. Bagian ini diberi judul:  Kopassus Ditarik dari Kuningan.

 

Petikannya:

Tanggal 22 Mei merupakan hari yang panjang dan mencekam karena situasi tidak menentu. Menurut pengamatan Sintong, pada waktu pengamanan Jakarta seolah-olah hanya berupa penempatan barikade di jalan-jalan besar, jalan-jalan protokol dan jalan-jalan tertentu. Selain itu terasa adanya penempatan pasukan yang kurang terkordinasi. Padahal biasanya, dalam menghadapi kerusuhan massal seperti itu, pengamanan dilakukan di obyek-obyek vital.  Seharusnya pada siang hari,  jalan-jalan itu dibuka untuk umum seperti biasa, kecuali setelah jam malam berlaku. Ia menyimpulkan bahwa pelaksanaan pengamanan terbalik. Langkah pengamanan di depan kediaman B.J. Habibie di Patra Jasa Kuningan, juga terasa terlalu sumpek. Anggota Paspampres dan Kopassus berjubel di jalan hanya selebar enam meter. Pada waktu itu, Mayjen TNI Muchdi PR, Komandan Kopassus, sudah melakukan persiapan timbang terima jabatan. Seharusnya pada hari itu juga Muchdi PR akan diganti bersamaan waktu dengan pergantian Prabowo Subianto dari Panglima Kostrad. Tetapi disebabkan kesibukan Panglima ABRI, timbang terima jabatan baru akan dilaksanakan pada keesokan harinya. Di jalan sempit yang hanya selebar enam meter itu, Kopassus diminta mundur oleh Paspampres. Namun teryanta mereka hanya mau pindah kalau ada perintah dari komandannya, karena mereka mendapat perintah mengamankan presiden. Di samping itu, personel Kopassus yang berjaga di depan kediaman B.J. Habibie di Patra Kuningan diberi bekal peluru tajam. Sementara Paspampres di bahwa komando Mayjen TNI Endriartono Sutarto hanya berbekal peluru hampa. Kenyataan lain dalam pelaksanaan di lapangan di antara kedua pasukan pengaman presiden itu tampaknya tidak ada sinkronisasi. Penjagaan yang dilakukan oleh Kopassus memang tegas, sehingga para tamu, termasuk Menko Ekuin Ginandjar Kartasasmita sempat mengeluh. Menurut Sintong, seharusnya penjagaan di luar kediaman presiden juga dilakukan oleh Paspampres. Kemudian Endriartono Sutarto memberitahukan kepada Sintong bahwa pasukannya juga memerlukan perluru tajam. (bersambung ke bagian II: Coba Perbaiki Dulu Pasukanmu).

 

 

Satu tanggapan untuk “Dari Buku Mayjen (Purn) Sintong Panjaitan (I): Pasukan Kopassus Ditarik dari Rumah Habibie”

Tinggalkan komentar